Sunday, July 13, 2014

SURAT UNTUK KAKAKKU: CALON PRESIDEN INDONESIA

Assalamualaikum
Apa kabar, Kak Jokowi? Semoga kakak dan keluarga selalu sehat dan bahagia.
Kakakku yang baik hati, bangga rasanya sudah memilih kakak sebagai Presiden RI tanpa menebar benci kepada Bapak Macan. Aku memberi suara dengan sangat sadar dan hati yang sesak penuh harapan.

Memang, Kak, aku sempat ragu karena beberapa temanku berusaha melemahkan keyakinan dengan mengirimiku berita tak baik tentang diri kakak. Maafkan mereka, ya ... Teman-temanku itu orang baik, mungkin hanya karena mereka belum tahu.

Keraguan yang sempat mampir di hatiku, ternyata sangat mudah sembuh hanya dengan melemparkan ingatanku sendiri ke tahun 2005. Saat itu, aku adalah perantau dari Cilacap yang tinggal di Kampung Kemlayan, Kota Solo. Di sela pekerjaanku, aku mengisi waktu dengan mendaur ulang kardus bekas selongsong gulungan kain menjadi celengan lukis pasir. Aku menjualnya setiap minggu pagi di depan Stadion Manahan.

Satu pagi yang takkan kulupa, ketika seorang bapak mengikuti anak kecil menghampiriku dan membeli sebuah celengan seharga Rp.3000. Setelah mendapatkan celengan yang disukainya, anak kecil itu ingin buru-buru pergi. Namun bapak lembut itu menahan dan menyuruhnya mengucap terima kasih dulu kepadaku. Beliau sendiri tersenyum dan mengangguk ramah ketika kubalas ucapannya.

Aku tak tahu, sampai kawanku menggamit lengan dan berkata, bahwa bapak yang membeli itu adalah Pak Walikota. Aku terkejut. Senyumku mengembang penuh kebanggaan ketika kulihat punggung Pak Walikota berlalu. Aku merasa sangat ’diuwongke’ ketika bahkan pada pedagang kaki lima musiman sepertiku, di saat yang sangat santai tanpa sorot media, bahkan saat aku sendiri tidak tahu siapa pembeliku itu, Pak Walikota tak lupa bersikap sopan. Pak Walikota itu adalah Kak Jokowi.

Setelah itu, kusaksikan sendiri perubahan Kota Solo menjadi lebih nyaman ditinggali di bawah kepemimpinan kakak. Bila semua itu adalah pencitraan saja, maka aku adalah ’korban’ pencitraan yang merasa nyaman dan bahagia.

Saat ini aku sedang menjemput rizki yang ditebarkan Tuhan, bekerja sebagai buruh migran di Taiwan. Bukan karena aku tak cinta Indonesia, Kak, melainkan memang beginilah Tuhan menggariskan perjalanan hidupku. Meskipun aku di sini, hatiku tetap Merah-Putih. Aku sepenuhnya Indonesia. Maka dari itulah, ketika di sini pun aku tetap berusaha menjadi bagian dari Indonesia berproses. Aku membayar pajak dengan taat, dan bersemangat mengikuti proses pemilihan umum. Apalagi ketika akhirnya muncul nama Kak Jokowi sebagai Calon Presiden yang bisa kupilih.

Selain itu, aku juga sedang mempersiapkan diri untuk pulang ke tanah kelahiran dan menebar manfaat bagi sekitar seperti yang kakak contohkan. Yang kumampu memang tak banyak, namun dengan yang sedikit itu aku akan turun tangan.

Oh ya, Kak ... Bila memang nanti kakak menjadi presiden, aku ingin kakak meningkatkan perlindungan terhadap kami, para buruh migran. Supaya kami bisa bekerja dengan tenang dan bermartabat, kemudian pulang ke Indonesia dan siap mandiri, turun tangan untuk pembangunan.

Terakhir, Kak, aku mohon doa restu. Adikmu ini, beserta 9 kawan lainnya sedang mewakili Indonesia dalam lomba sastra. Kami membawa Merah Putih bertanding dengan negara lainnya. Bila kemenangan kami peroleh, maka itu adalah kemenangan untuk Indonesia.

Sekian surat dariku. Semoga kakak dan seluruh bangsa Indonesia selalu dilindungi Tuhan.

Adikmu

Erin Cipta

Update:
Aku brrhasil menjadi pemenang harapan dalam lomba menulis itu, Kak ...

Sunday, July 6, 2014

QUICK COUNT, hitung cepat yang ”kecepetan”

Jumat malam, tgl 4 Juli aku membaca kabar dari WNI yang di Riyadh tentang hasil pemilu presiden 2014.
Hasilnya, Prabowo 40% Jokowi 55%, suara tidak masuk 5%.
Awalnya aku cuma nyengir-nyengir imut, tidak terlalu excited dengan angka ini. Riyadh memang sudah mencoblos hari jumat itu.
Lalu, sabtu malam tanggal 5 Juli seorang kawan mengirimi sebuah data yg lebih panjang. Seperti ini:
JOKOWI MENANG TELAK DI PEMILU LUAR NEGERI
Quick Count Pemilu Luar Negeri :
ARAB SAUDI : Jokowi 75%Prabowo 25%
EROPA : Jokowi 60%Prabowo 40%
AMERIKA : Jokowi 80%Prabowo 20%
AUSTRALIA :Jokowi 85% Prabowo 15%
TIMUR TENGAH :  Jokowi 70%Prabowo 30%
ASIA OCEANIA:Jokowi 65%Prabowo 35%
MALAYSIA :Jokowi 85%Prabowo 15%
JEPANG :Jokowi 60%Prabowo 40%

Ebuset! Bukan nyengir lagi deh sekarang. Ada yg aneh...
Setahuku, Jepang dan Malaysia baru akan mencoblos hari Minggu tgl 6 Juli deh...
Lalu, angkanya kok sempurna amat. Hasil suara terhitung semua 100%. Apa tidak ada yang berhalangan hadir? Apa semua surat suara sah? Apa tidak ada yang golput?

Tanda tanya kubawa sampai tidur.

Dan Minggu pagi, 6 Juli, aku membaca sebuah data yg lebih ajaib. Sumbernya dari sebuah akun milik seorang wartawan.
Ini datanya:

Hasil exit poll kubu Prabowo-Hatta:

Taiwan (Prabowo-Hatta) 76% (Jkw-JK) 24%
Arab saudi (Prabowo-Hatta) 46% (Jkw-JK) 54%
Malaysia (Prabowo-Hatta) 75% (Jkw-JK) 25%
Jepang (Prabowo-Hatta) 77% (Jkw-JK) 23%
Tiongkok (Prabowo-Hatta) 45% (Jkw-JK) 55%
Yaman (Prabowo-Hatta) 66% (Jkw-JK) 34%
Singapura (Prabowo-Hatta) 52% (Jkw-JK) 48% Masih

Hasil exit poll kubu Jokowi-JK:

Arab Saudi: Jokowi 75% Prabowo 25%
Eropa: Jokowi 60% Prabowo 40%
Amerika Serikat: Jokowi 80% Prabowo 20%
Australia: Jokowi 85% Prabowo 15%
Timur Tengah: Jokowi 70% Prabowo 30%
Asia Oceania: Jokowi 65% Prabowo 35%
Malaysia: Jokowi 85% Prabowo 15%
Jepang: Jokowi 60% Prabowo 40%

Ternyata wartawan itu mengutip dari KORAN INI

Wow! Aku tercengang...

Meski disebutkan sebagai exit pool, tapi ini tetap saja jadi data yang absurd. Exit pool itu kan didapat dengan cara menanyai pemilih yang baru KELUAR dari bilik suara tentang siapa yang barusan dipilih. Dan ini hasilnya sudah keluar bahkan sebelum pemilih itu MASUK ke bilik suara. Ajaib!

Dan lagi-lagi angkanya sangat sempurna: 100%

Seingatku waktu sosialisasi pemilu, petugas menyebutkan bahwa meskipun kami di luar negeri mencoblos tanggal 6 juli, namun kotak suara tetap akan dibuka tanggal 9 juli. Sama seperti di Indonesia. Penyebaran berita tentang hasil pemilihan sebelum tanggal itu dilarang, karena bisa dianggap provokasi.

Ah, sudahlah. Aku tak ingin membawa angka ini ke dalam tidur. Aku sudah cukup lelah seharian tadi mandi matahari di roof top, dan nanti juga harus membangunkan kakek jam 3 pagi untuk nonton bola.

Saatnya bobo cantik.
Wan an ... Selamat malam